Saturday, 25 January 2014

Perencanaan Keuangan ala Nabi Yusuf AS (bagian kedua)

TULISAN saya sebelumnya menjelaskan bagaimana Nabi Yusuf memprediksi kondisi ekonomi di masa depan, lalu memberikan usulan solusi kepada Raja Mesir untuk menyimpan hasil panen sebelum dikonsumsi. Ternyata strategi ini berhasil menjaga Mesir dari kelaparan selama krisis ekonomi atau paceklik pada saat itu.

Dalam kasus ini, Yusuf bukan hanya memberikan usulan kepada raja agar memerintahkan rakyat Mesir menyimpan hasil panennya. Dia juga mengambil inisiatif berupa tindakan nyata dengan menjadi bendahara Kerajaan Mesir saat itu.
 
Yusuf sendiri yang langsung memimpin strategi lumbung gandum tersebut. Dia berkeliling ke penjuru Mesir, mengoordinasikan pendirian lumbung gandum, sekaligus mengontrol kebijakan tersebut agar dijalankan secara konsisten.
 
Hal ini tercatat dalam al-Quran di surat Yusuf ayat 56: “Yusuf berkata: Jadikanlah aku sebagai bendahara negeri (Mesir), sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.”

Dari ayat ini, ada tiga hal yang menjadi kunci kesejahteraan rakyat Mesir pada saat itu, sehingga lolos dari krisis ekonomi:

1. Kepemimpinan/kepedulian pada rakyat
Setelah didaulat sebagai pejabat kerajaan, Nabi Yusuf minta posisi sebagai bendahara negara. Hal ini dilakukan atas dasar kepeduliannya pada rakyat Mesir.
 
Bisa saja Yusuf menolak jabatan dari raja lalu menyelamatkan diri sendiri dengan cara menyimpan gandum sendiri. Tapi yang ia lakukan adalah mengambil tanggung jawab untuk memimpin langsung strategi penyimpanan gandum tersebut guna memastikan seluruh rakyat Mesir tidak akan kelaparan saat paceklik tiba.
 
2. Menjaga amanah (hafizh)
Dalam ayat tersebut, Nabi Yusuf menjelaskan dirinya sebagai seseorang yang pandai menjaga (hafizh), sehingga dapat dipercaya. Ini adalah karakter yang sangat penting dimiliki oleh pejabat dengan posisi yang sangat strategis dan mempengaruhi kesejahteraan banyak orang.
Ia minta rakyatnya untuk menyimpan gandum hasil panen. Dia juga menjaga agar tidak dirusak dan tidak dikorupsi oleh siapapun, termasuk dirinya sendiri yang memiliki kekuasaan.

3. Profesional/berpengetahuan (‘alim)
Urusan penting berupa pangan rakyat bisa berantakan akibatnya jika tidak dikelola secara profesional oleh orang yang tidak berpengetahuan (‘alim) di bidangnya. Yusuf menunjukkan kapabilitas dirinya untuk menjalankan peran ini.
 
Kita pun bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh Yusuf ini dalam skala lebih kecil, yaitu keluarga. Pertama, dengan mengambil kepemimpinan dan kepedulian terhadap kondisi ekonomi. Mau mengatur keuangan, tidak cuek , dan pasrah dengan kondisi keuangan yang ada.
Kedua, pengelolaan keuangan harus dilakukan dengan amanah dan dapat dipercaya. Keuangan kita perlu dijaga agar tidak boros, tidak merugi, dan tidak dikorupsi.
 
Terakhir, kita harus tahu bagaimana caranya. Terus belajar tentang berbagai strategi pengelolaan keuangan yang efektif. Belajar investasi, belajar bisnis, serta belajar seluk-beluk produk keuangan lainnya.

Semoga dengan tiga strategi ini, kita bisa membawa keluarga kita tetap kuat walaupun krisis ekonomi menerjang.


No comments:

Post a Comment